Description
Kekerasan, pertama-tama, adalah sebuah nama. Kita, kaum intelek, memberinya nama. Wittgenstein berkata bahwa nama, kata, bahasa adalah kendaraan pikiran. Kita memaknai kata setelah memberi label padanya.
Tetapi, pikiran intelektual, pikiran kognitif, sudah lama bersekongkol dengan ilmu alam. Pikiran kognitif ini, sebagai produk pendidikan kita hingga hari ini, telah bersikap sewenang-wenang pada kehidupan kita dan tindakan sosial manusia. Ilmu sosial-humanis yang terjangkiti alam pikiran eksplanatif ini akhirnya ‘salah asuhan’ (menurut Winch).
Sejak saat itu, kita kehilangan makna hidup, hanya sekedar hidup nyaris tanpa dialog ke dalam diri sendiri setiap hari (keringnya aktivitas kontemplatif, vita contemplativa). Hidup yang kita jalani sering menemui jalan buntu dalam membaca makna, pikiran, dan simbol budaya dari kelompok sosial berbeda, termasuk membaca kekerasan di Madura.
Reviews
There are no reviews yet.